I.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dampak pemanasan global telah terasa di seluruh penjuru
dunia sehingga perubahan iklim menjadi perhatian utama bagi setiap orang. Dan
banyak penelitian yang ditujukan tentang krisis lingkungan yang terutama
disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik, hasil
dari limbah industri, dan hasil pembakaran kedaraan bermotor yang tinggi.
Pembangkit listrik batu bara menghasilkan gas karbon dioksida dalam jumlah
banyak. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita menggunakan alternatif
sumber daya berkelanjutan dan ramah lingkungan yang tersedia untuk
mengurangi dampak dari pemanasan global tersebut. Salah satu sumber daya
berkelanjutan itu adalah energi dari laut . Energi yang berasal dari laut (ocean
energy) dapat dikategorikan menjadi tiga macam yaitu: Energi ombak (wave energy), Energi pasang surut (tidal energy), dan Energi hasil konversi energi panas laut (ocean thermal energy conversion).
Prinsip sederhana dari pemanfaatan ketiga bentuk energi itu
ialah dengan memanfaatkan energi kinetik dari air laut untuk memutar turbin
yang selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan energi listrik. Dan
dalam penetuan lokasi mana yang strategis dengan memiliki energi pasut
dan gelombang yang tinggi sangatlah dibutuhkan. Sehingga untuk membantu dalam
mengaplikasikan energi laut tersebut diperlukan adanya informasi dan analisis
atau pengkajian tentang potensi daerah mana yang memiliki energi pasut dan
gelombang laut yang layak untuk digunakan sebagai pembangkit energi listrik.
2.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini ialah mahasiswa mampu menganalisis
daerah yang berpotensi untuk dikembangkannya energi pembangkit listrik tenaga
pasut dan gelombang air
laut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Energi Pasang Surut
Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap
harinya dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup
besar. Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh
karena waktu siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sekali),
suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit
listrik bertenaga ombak.
Gambar 1. Ombak masuk ke dalam muara
sungai ketika terjadi pasang naik air laut.
Gambar 2.
Ketika surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil memutar turbin.
Pada
dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang surut yaitu:
1.
Dam Pasang Surut(Tidal barrages)
Cara ini serupa seperti pembangkitan listrik secara
hidro-elektrik yang terdapat di dam/waduk penampungan air sungai. Hanya saja,
dam yang dibangun untuk memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar
daripada dam air sungai pada umumnya. Dam ini biasanya dibangun di muara sungai
dimana terjadi pertemuan antara air sungai dengan air laut. Ketika ombak masuk
atau keluar (terjadi pasang atau surut), air mengalir melalui terowongan yang
terdapat di dam. Aliran masuk atau keluarnya ombak dapat dimanfaatkan untuk
memutar turbin (Lihat gambar 1dan 2).
Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs) terbesar di
dunia terdapat di muara sungai Rance di sebelah utara Perancis. Pembangkit
listrik ini dibangun pada tahun 1966 dan berkapasitas 240 MW. PLTPs La Rance
didesain dengan teknologi canggih dan beroperasi secara otomatis, sehingga hanya
membutuhkan dua orang saja untuk pengoperasian pada akhir pekan dan malam hari.
PLTPs terbesar kedua di dunia terletak di Annapolis, Nova Scotia, Kanada dengan
kapasitas “hanya” 16 MW.
Kekurangan terbesar dari pembangkit listrik tenaga pasang
surut adalah mereka hanya dapat menghasilkan listrik selama ombak mengalir
masuk (pasang) ataupun mengalir keluar (surut), yang terjadi hanya selama
kurang lebih 10 jam per harinya. Namun, karena waktu operasinya dapat
diperkirakan, maka ketika PLTPs tidak aktif, dapat digunakan pembangkit listrik
lainnya untuk sementara waktu hingga terjadi pasang surut lagi.
2.
Turbin lepas pantai(Offshore turbines)
Pilihan lainnya ialah menggunakan turbin lepas pantai yang
lebih menyerupai pembangkit listrik tenaga angin versi bawah laut.
Keunggulannya dibandingkan metode pertama yaitu: lebih murah biaya
instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil daripada pembangunan
dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat dipasang di lebih
banyak tempat.
Beberapa perusahaan yang mengembangkan teknologi turbin
lepas pantai adalah: Blue Energy dari Kanada, Swan Turbines (ST)
dari Inggris, dan Marine Current Turbines (MCT) dari Inggris.Teknologi
MCT bekerja seperti pembangkit listrik tenaga angin yang dibenamkan di bawah
laut. Dua buah baling dengan diameter 15-20 meter memutar rotor yang
menggerakkan generator yang terhubung kepada sebuah kotak gir (gearbox).
Kedua baling tersebut dipasangkan pada sebuah sayap yang membentang horizontal
dari sebuah batang silinder yang diborkan ke dasar laut. Turbin tersebut akan
mampu menghasilkan 750-1500 kW per unitnya, dan dapat disusun dalam
barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit listrik. Demi menjaga agar
ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat ini, kecepatan rotor diatur
antara 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan baling-baling kapal laut
bisa berkisar hingga sepuluh kalinya).
Dibandingkan dengan MCT dan jenis turbin lainnya, desain
Swan Turbines memiliki beberapa perbedaan, yaitu: baling-balingnya langsung
terhubung dengan generator listrik tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien
dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan teknis pada alat. Perbedaan
kedua yaitu, daripada melakukan pemboran turbin ke dasar laut ST menggunakan
pemberat secara gravitasi (berupa balok beton) untuk menahan turbin tetap di
dasar laut.
Adapun satu-satunya perbedaan mencolok dari Davis Hydro
Turbines milik Blue Energy adalah poros baling-balingnya yang
vertikal (vertical-axis turbines). Turbin ini juga dipasangkan di dasar laut
menggunakan beton dan dapat disusun dalam satu baris bertumpuk membentuk pagar
pasang surut (tidal fence) untuk mencukupi kebutuhan listrik dalam skala
besar.
Kelebihan
dan kekurangan dari pembangkit listrik tenaga pasang surut:
Kelebihan:
Kelebihan:
- Setelah
dibangun, energi pasang surut dapat diperoleh secara gratis.
- Tidak
menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya.
- Tidak
membutuhkan bahan bakar.
- Biaya
operasi rendah.
- Produksi
listrik stabil.
- Pasang
surut air laut dapat diprediksi.
- Turbin
lepas pantai memiliki biaya instalasi rendah dan tidak menimbulkan dampak
lingkungan yang besar.
Kekurangan:
- Sebuah
dam yang menutupi muara sungai memiliki biaya pembangunan yang sangat
mahal, dan meliputi area yang sangat luas sehingga merubah ekosistem lingkungan
baik ke arah hulu maupun hilir hingga berkilo-kilometer.
- Hanya
dapat mensuplai energi kurang lebih 10 jam setiap harinya, ketika ombak
bergerak masuk ataupun keluar.
2.2.
Gelombang Laut
Gelombang laut merupakan salah satu bentuk
energi yang bisa dimanfaatkan dengan mengetahui tinggi gelombang, panjang
gelombang, dan periode waktunya. Ada 3 cara
untuk menangkap energi gelombang, yaitu
:
:
1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional pelambung
2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin. .
3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar hydropower.
1. Pelampung: listrik dibangkitkan dari gerakan vertikal dan rotasional pelambung
2. Kolom air yang berosilasi (Oscillating Water Column): listrik dibangkitkan dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin. .
3. Wave Surge. Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan gelombang, membawanya ke dalam kolam penampung yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini yang digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar hydropower.
Energi ini dapat dikonversi ke listrik lewat 2
kategori yaitu off-shore (lepas pantai) and on-shore (pantai).
Kategori lepas pantai (off-shore) dirancang pada kedalaman
sekitar 40 meter dengan menggunakan mekanisme kumparan seperti Salter Duck yang
diciptakan Stephen Salter (Scotish) yang memanfaatkan pergerakan gelombang
untuk memompa energi. Sistem ini memanfaatkan gerakan relatif antara
bagian/pembungkus luar (external hull) dan bandul didalamnya (internal
pendulum) untuk diubah menjadi listrik. Peralatan yang digunakan yaitu pipa
penyambung ke pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan
gelombang. Naik turunnya pengapung berpengaruh pada pipa penghubung
selanjutnya menggerakan rotasi turbin bawah laut. Di Amerika Serikat,
telah ada perusahan yang mengembangkan untaian buoy pelampung plastik yang
mendukung penghasil listrik ini. Setiap Buoy pelampung bisa menghasilkan
20 kW listrik dan saat ini telah dikembangkan untuk mengisi ulang energi
(recharge) bagi robot selam angkatan laut AS dan digunakan bagi komunitas
kecil. Cara lain untuk menangkap energi gelombang lepas pantai
adalah dengan membangun tempat khusus seperti sistem tabung Matsuda, metodenya
adalah memanfaatkan gerak gelombang yang masuk di dalam ruang bawah dalam
pelampung dan sehingga timbul gerakan perpindahan udara ke bagian atas
pelampung. Gerakan perpindahan udara ini menggerakkan turbin. Pusat Teknologi
Kelautan Jepang telah mengembangkan prototype jenis ini yang disebut ‘Mighty
Whale’ berupa peralatan penangkap gelombang yang di tempatkan di dasar laut
(anchored) dan dikontol dari pantai untuk kebutuhan listrik di pulau-pulau
kecil.
Sistem on-shore mengkonversi gelombang pantai untuk
menghasilkan energi listrik lewat 3 sistem: channel systems, float
systems dan oscillating water column systems. Prinsipnya
energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini secara langsung
mengaktifkan generator dengan mentransfer gelombang pada fluida, air atau udara
penggerak yang kemudian mengaktifkan turbin generator. Pada channel
systems gelombang disalurkan lewat suatu saluran kedalam bangunan penjebak
seperti kolam buatan (lagoon).
Ketika gelombang muncul, gravitasi akan memaksa air melalui
turbin guna membangkitkan energi listrik. Pada float systems yang
mengatur pompa hydrolic berbentuk untaian rakit-rakit dihubungkan dengan
engsel-engsel (Cockerell) bergerak naik turun mengikuti gelombang.
Gerakan relatif menggerakkan pompa hidrolik yang berada di antara dua
rakit. Tabung tegak Kayser juga dapat digunakan dengan pelampung yang
bergerak naik turun didalamnya karena adanya tekanan air. Gerakan antara
pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang diubah menjadi energi
listrik. Oscillating water column systems menggunakan gelombang
untuk menekan udara diantara kontainer. Ketika gelombang masuk ke dalam kolom
kontainer berakibat kolom air terangkat dan jatuh lagi sehingga terjadi
perubahan tekanan udara. Sirkulasi yang terjadi mengaktifkan turbin
sebagai hasil perbedaan tekanan yang ada. Beberapa sistem ini berfungsi
juga sebagai tempat pemecah gelombang ‘breakwater’ seperti di pantai Limpit,
Scotlandia dengan energi listrik yang dihasilkan sebesar 500 kW.
Ada empat teknologi energi gelombang yaitu
sistem rakit Cockerell, tabung tegak Kayser, pelampung Salter, dan tabung
Masuda.
Sistem rakit Cockerell berbentuk untaian rakit-rakit yang saling
dihubungkan dengan engsel-engsel dan sistem ini bergerak naik turun mengikuti
gelombang laut. Gerakan relatif rakit-rakit menggerakkan pompa hidrolik yang
berada di antara dua rakit. Sistem tabung tegak Kayser menggunakan
pelampung yang bergerak naik turun dalam tabung karena adanya tekanan air.
Gerakan relatif antara pelampung dan tabung menimbulkan tekanan hidrolik yang
dapat diubah menjadi energi listrik. Sistem Pelampung Salter
memanfaatkan gerakan relatif antara bagian /pembungkus luar (external hull) dan
bandul didalamnya (internal pendulum) untuk diubah menjadi energi listrik. Pada
sistem tabung Masuda metodenya adalah memanfaatkan gerak gelombang laut
masuk ke dalam ruang bawah dalam pelampung dan menimbulkan gerakan perpindahan
udara di bagian ruangan atas dalam pelampung. Gerakan perpindahan udara ini
dapat menggerakkan turbin udara.Lokasi potensial untuk membangun sistem energi
gelombang adalah di laut lepas, daerah lintang sedang dan di perairan pantai.
Energi gelombang bisa dikembangkan di Indonesia di laut selatan Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera.
2.3.
Kondisi Umum Tinggi Gelombang di Perairan Indonesia
Secara umum distribusi rata-rata tinggi gelombang tahunan di Perairan Indonesia
terlihat seperti pada Gambar 3.a, yang bervariasi antara 0.6 m sampai 2.4 m.
Sementara itu, tinggi gelombang maksimum pada saat terjadinya gelombang ekstrim
akibat meningkatnya tekanan angin (wind forcing) terlihat seperti pada
Gambar 3.b. Sebagai tambahan, distribusi spasial tinggi gelombang rata-rata di
Samudera Hindia terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi gelombang
rata-rata di Samudera Pasifik Utara Pulau Papua, meskipun tinggi gelombang
ekstrim di Samudera Pasifik 1 m sampai 2 m lebih tinggi dibandingkan dengan
tinggi gelombang ekstrim di Samudera Hindia.
a.
Tinggi
rata-rata
b. Tinggi maksimum
Gambar 3. Tinggi gelombang a. rata-rata dan b. maksimum yang diolah dari data
altimeter significant wave height dari tahun 2006 sampai 2008
(Sumber
: www.assets.wwfid.panda.org/)