Dalam PLTA, potensi
tenaga air dikonversikan menjadi tenaga listrik. Mula-mula potensi tenaga air dikonversikan menjadi tenaga mekanik dalam
turbin air. Kemudian turbin air memutar generator yang membangkitkan tenaga listrik.
Gambar dibawah menggambarkan secara skematis bagaimana
potensi tenaga air, yaitu sejumlah air yang
terletak pada ketinggian tertentu diubah menjadi tenaga mekanik dalam
turbin air.
Gambar III.1
Proses Konversi Energi dalam Pusat Listrik Tenaga Air
Gambar III.2 Instalasi Tenaga Air PLTA Bila Dilihat
dari Atas
Daya yang dibangkitkan
generator yang diputar oleh turbin air adalah:
P = k.η H.Q
[kW] (3-1)
Keterangan:
P = daya
[kW]
H = tinggi terjun air [meter]
Q = debit air [m3'/detik]
η = efisiensi turbin bersama generator
k = konstanta.
Bangunan Sipil
Potensi tenaga air didapat pada sungai
yang mengalir di daerah pegunungan. Untuk
dapat memanfaatkan potensi tenaga air dari sungai ini, maka kita perlu
membendung sungai tersebut dan airnya disalurkan ke bangunan air PLTA seperti ditunjukkan oleh Gambar III.3. Ditinjau
dari caranya membendung air, PLTA dapat dibagi menjadi dua kategori:
a. PLTA run off river
b. PLTA
dengan kolam tando (reservoir)
PLTA run off river, air sungai
dialihkan dengan menggunakan dam yang dibangun
memotong aliran sungai. Air sungai ini kemudian disalurkan ke bangunan
air PLTA seperti pada Gambar III.4
PLTA dengan kolam tando (reservoir), aliran sungai dibendung dengan bendungan besar agar terjadi penimbunan air
sehingga terjadi kolam tando. Selanjutnya air dari kolam tando dialirkan
ke bangunan air PLTA seperti Gambar III.4.
Dengan adanya penimbunan air terlebih dahulu dalam kolam tando, maka
pada musin hujan di mana debit air sungai besarnya
melebihi kapasitas penyaluran air bangunan air PLTA, air dapat ditampung dalam kolam tando. Pada musim kemarau di
mana debit air sungai lebih kecil
dari pada kapasitas penyaluran air bangunan air PLTA, selisih kekurangan air ini dapat di atasi dengan
mengambil air dari timbunan air yang
ada dalam kolam tando. Inilah keuntungan penggunaan kolam tando pada
PLTA. Hal ini tidak dapat dilakukan pada PLTA run off river. PLTA run off river, daya yang dapat
dibangkitkan tergantung pada debit air sungai. Tetapi
PLTA run off river biaya pembangunannya lebih murah dari
pada PLTA dengan kolam tando (reservoir), karena kolam tando memerlukan
bendungan yang besar dan juga memerlukan daerah genangan yang luas. Jika ada sungai yang mengalir keluar dari sebuah danau, maka dapat dibangun PLTA dengan menggunakan danau tersebut
sebagai kolam tando. Contoh mengenai hal ini, yaitu PLTA Asahan yang
menggunakan Danau Toba sebagai kolam tando, karena Sungai Asahan mengalir dari
Danau Toba.
Bangunan air PLTA
yang mengalirkan air dari dam pada PLTA run off river dan dari
kolam tando pada PLTA yang menggunakan bendungan sampai ke turbin digambarkan
oleh Gambar III.4. Secara garis besar, bangunan air ini terdiri dari saluran
air yang terbuka atau tertutup (terowongan) sampai pada tabung peredam.
Gambar
III.3
Prinsip Kerja PLTA Run Off River
Prinsip Kerja PLTA Run Off River
Gambar III.4
Potongan memanjang pipa pesat PLTA Sutami
(PLTA dengan kolam tando reservoir)
Potongan memanjang pipa pesat PLTA Sutami
(PLTA dengan kolam tando reservoir)
Sebelum tabung
peredam terdapat katup pengaman dan setelah tabung peredam terdapat
saluran air berupa pipa pesat yang harus tahan goncangan tekanan air. Tabung
peredam dalam bahasa Inggris disebut surge tank dan berfungsi meredam
goncangan tekanan air yang terjadi dalam pipa pesat. Pada ujung bawah pipa pesat terdapat katup utama turbin.
Dari katup utama turbin, air menuju ke katup pengatur turbin, lalu
air mengenai roda air turbin yang mengubah energi potensial air
menjadi energi mekanik roda air turbin.
Macam-Macam Turbin Air
Ditinjau dari teknik mengkonversikan energi
potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin, ada tiga
macam turbin air yaitu:
a. Turbin Kaplan.
Turbin Kaplan digunakan untuk tinggi terjun yang
rendah, yaitu di bawah 20 meter. Teknik mengkonversikan energi potensial
air menjadi energi mekanik roda air turbin
dilakukan melalui pemanfaatan kecepatan air. Roda air turbin Kaplan
menyerupai baling-baling dari kipas angin.
b. Turbin Francis.
Turbin Francis paling banyak
digunakan di Indonesia. Turbin ini digunakan untuk tinggi
terjun sedang, yaitu antara 20-400 meter. Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui proses reaksi sehingga
turbin Francis juga disebut sebagai turbin reaksi.
c. Turbin Pelton.
Turbin Pelton adalah
turbin untuk tinggi terjun yang tinggi, yaitu di atas 300 meter.
Teknik mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui
proses impuls sehingga turbin Pelton juga disebut sebagai turbin impuls.
Untuk semua macam
turbin air tersebut di atas, ada katup pengatur yang mengatur banyaknya air yang akan dialirkan ke roda air. Dengan pengaturan
air ini, daya turbin dapat diatur. Di depan katup pengatur terdapat katup utama yang harus ditutup apabila
turbin air dihentikan untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan atau
perbaikan pada turbin. Apabila terjadi gangguan listrik yang menyebabkan PMT
generator trip, maka untuk mencegah
turbin berputar terlalu cepat karena hilangnya beban generator yang
diputar oleh turbin, katup pengatur air yang menuju ke turbin harus ditutup. Penutupan katup pengatur ini akan menimbulkan gelombang air membalik yang dalam bahasa Inggris
disebut water hammer (palu air). Water hammer ini menimbulkan
pukulan mekanis kepada pipa pesat ke
arah atas (hulu) yang akhirnya diredam dalam tabung peredam (surge
tank).
Kecepatan spesifik
(specffic speed) turbin air didefinisikan sebagai jumlah putaran
per menit [rpm] (rotation per minute [rpm] dari turbin untuk
menghasilkan satu daya kuda pada tinggi terjun H = 1 meter. Saluran air dari dam atau kolam tando sampai pada.
tabung peredam, panjangnya dapat mencapai beberapa kilometer.
Apabila saluran ini tidak rata, jalannya
naik turun, maka di bagian-bagian cekungan yang rendah, harus ada katup untuk
membuang endapan pasir atau lumpur yang terjadi di cekungan rendah tersebut. Di
sisi lain, yaitu di bagian-bagian lengkungan
yang tinggi juga harus ada katup, tetapi dalam hal ini untuk membuang udara yang terperangkap dalam lengkungan yang
tinggi ini. Secara periodik, katup-katup tersebut di atas harus dibuka untuk
membuang endapan yang terjadi maupun untuk membuang udara yang terperangkap.
Operasi dan Pemeliharaan
PLTA yang mempunyai
kolam tando besar mempunyai fungsi serba guna di mana artinya selain berfungsi
sebagai pembangkit tenaga listrik, PLTA ini juga
berfungsi untuk menyediakan air irigasi, pengendalian banjir, perikanan, pariwisata, dan penyedia air bagi lalu lintas
pelayaran sungai. Pada PLTA serba guna,
pembangkitan tenaga listriknya perlu dikoordinasikan dengan keperluan
irigasi dan musim tanam padi yang membutuhkan
banyak air. Dari segi pengendalian banjir, PLTA serba guna harus dapat diatur air keluamya sehingga pada
saat banyak hujan tidak timbul banjir
di sisi hilir. Contoh PLTA serba guna adalah PLTA Jatiluhur di Jawa Barat. Ditinjau dari specific
speed, turbin Kaplan mempunyai specific speed terbesar,
kemudian disusul oleh turbin Francis dan
Pelton. Oleh karena itu, untuk terjun yang tinggi, misalnya 400 meter, digunakan
turbin Pelton agar jumlah putaran per menit yang didapat dari turbin tidak terIalu tinggi sehingga tidak timbul
persoalan mekanik.
Dari uraian di atas, tampak bahwa pelestarian hutan
di daerah aliran sungai (DAS), terutama di sisi hulu
PLTA sangat penting bagi kelangsungan hidup
PLTA. Apabila hutannya rusak, maka kemampuan tanah di DAS untuk menyimpan air
akan turuti sehingga timbul banjir di waktu musim
hujan dan di musim kemarau timbul kekeringan. Selain itu timbul erosi tanah
sewaktu hujan yang akan mengendap dalam kolam tando sehingga
terjadi pendangkalan kolam tando.
Dibandingkan dengan pusat listrik lainnya dengan
daya yang sama, biaya operasi PLTA paling rendah.Tetapi biaya pembangunannya
paling mahal. Salah satu faktor yang menyebabkan biaya pembangunan PLTA
menjadi mahal, yaitu karena umumnya terletak di daerah pegunungan, jauh dari pusat konsumsi tenaga listrik (kota) sehingga
memerlukan saluran transmisi yang
panjang dan daerah genangan air yang luas di mana kedua hal tersebut memerlukan biaya pembangunan
yang tidak sedikit.
Dalam sistem interkoneksi di mana terdapat PLTA yang
diinterkoneksikan dengan pusat-pusat listrik thermis
yang menggunakan bahan bakar, ada kalanya dibangun PLTA pompa yang dapat
memompa air ke atas. Hal ini baru ekonomis
apabila biaya pembangkitan dalam sistem interkoneksi bersangkutan mempunyai
variasi yang besar.
Pemompaan air dilakukan sewaktu biaya pembangkitan
rendah, kemudian air hasil pemompaan ini
digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik sewaktu biaya
pembangkitan sistem interkoneksi mahal sehingga pembangkitan tenaga listrik dengan
biaya yang mahal dapat dikurangi jumlahnya.
Keuntungan
teknik operasional PLTA adalah
a) mudah (cepat) di-start dan di-stop.
b) bebannya mudah diubah-ubah.
c) angka gangguannya rendah.
d) pemeliharaannya mudah.
e) umumnya dapat
di-start tanpa daya dari luar (black start).
Masalah utama yang timbul pada operasi PLTA adalah timbulnya kavitasi
pada turbin air. Kavitasi adalah peristiwa terjadinya letusan kecil dari
gelembung uap air yang sebelumnya terbentuk di daerah aliran yang tekanannya
lebih rendah daripada tekanan uap air ditempat tersebut; kemudian gelembung uap air ini akan menciut secara
cepat meletus ketika uap air ini melewati daerah aliran yang tekanannya
lebih besar daripada tekanan uap air
tersebut, karena jumlahnya sangat banyak sekali (ribuan per detik) dan I
letusan itu sangat cepat maka permukaan turbin yang dikenai oleh letusan ini
akan terangkat sehingga terjadi burik yang
menyebabkan bagian-bagian turbin air (setelah waktu tertentu, kirakira 40.000 jam) menjadi keropos dan perlu
diganti. Kavitasi terjadi di bagian-bagian turbin yang mengalami
perubahan tekanan air secara mendadak, misalnya pada pipa buangan air turbin.
Kavitasi menjadi lebih besar apabila beban
turbin makin kecil. Oleh karena itu, ada pembatasan beban minimum turbin
air (kira-kira 25%). Bagian terbesar dari biaya pemeliharaan PLTA adalah biaya
perbaikan atau penggantian bagianbagian
turbin air yang menjadi keropos akibat kavitasi. Di Indonesia, enceng
gondok sering menimbulkan penyumbatan saringan air dan menaikkan penguapan dari kolam tando sehingga merupakan salah satu masalah operasi PLTA, namun sekarang sudah banyak
dimanfaatkan manusia sehingga enceng gondok tidak terlalu mengganggu.
PLTA kecil dengan daya terpasang di bawah 100 M, biasanya disebut sebagai Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTM).
PLTM banyak dibangun, terutama di pedesaan. PLTM secara ekonomis bisa menguntungkan apabila didapatkan tempat (site) air
terjun yang baik, dalam arti bangunan
sipilnya bisa sederhana dan murah, kemudian bagian elektromekaniknya
dibuat otomatis sehingga biaya personilnya murah.
Di daerah yang ada
Jaringan perusahaan listrik, PLTM bisa diparalel dengan jaringan listrik
yang ada. Pada pemanfaatan tinggi terjun yang
rendah, untuk PLTM dapat digunakan turbin Kaplan dengan generator yang
direndam dalam aliran air untuk menyederhanakan bangunan sipil yang disebut bulb
per unit. Karena PLTM sebaiknya tidak dijaga,
maka untuk memudahkan proses sinkronisasi pada operasi paralel dengan
sistem interkoneksi dapat digunakan generator asinkron. Ada juga PLTA yang menggunakan tenaga air dari pasang surutnya air laut,
misalnya di Perancis.
Efisiensi turbin bersama generator unit
PLTA dapat mencapai nilai sekitar 95%.
Efisiensi keseluruhan dari PLTA dan instalasi listriknya, termasuk energi
untuk pemakaian sendiri, angkanya berkisar antara 85-92%. Lancarnya aliran air dalam instalasi air PLTA
sangat mempengaruhi efisiensi PLTA. Oleh karena itu, harus diusahakan
agar aliran bersifat laminer (memiliki
turbulensi). Untuk itu harus dihindari tikungan yang tajam dalam instalasi air PLTA, karena tikungan
yang tajam, pada saluran air akan
menimbulkan turbulensi yang akan menurunkan nilai H dan juga nilai Q
.Energi yang
dihasilkan PLTA tergantung dari jumlah air yang tersedia, jadi tergantung
pada jumlah curah hujan dan kemampuan kolam tando menampung air sewaktu musim
hujan.
Karakteristik musim hujan setiap tahun adalah
berbeda, ada tahun basah dan ada tahun kering. Karakteristik tahun basah atau
kering ini berulang setiap 8-10 tahun. Apabila jumlah curah hujan lebih besar
dari pada yang digambarkan dibawah ada kemungkinan kolam
tando tidak bisa menampung air yang masuk sehingga terjadi pelimpasan (pembuangan) air.
Sebaliknya apabila curah hujan yang terjadi lebih sedikit daripada yang
digambarkan, dibawah tahunnya lebih kering, maka periode di mana
PLTA tidak bisa berbeban penuh karena kekurangan air akan berlangsung lebih
lama dari pada 7,67 hari
Untuk
dapat memanfaatkan air yang masuk ke kolam tando dengan sebaik-baiknya, sedapat
mungkin tidak ada yang terbuang tetapi juga aman bagi bangunan sipil kolam tando,
perlu ada suatu pola pen
gendalian kolam.
Gambar Duga Muka Air Kolam
Tinggi muka air atau duga muka air (DMA)
dalam kolam (waduk) diukur dengan skala
meter. Pola pengendalian isi kolam ditunjukkan dengan DMA yang
diinginkan.
Penentuan DMA minimum pada. akhir periode pengosongan C atau permulaan periode pengisian harus memperhatikan
masalah air masuk ke lubang intake PLTA yangan terlalu rendah
sehingga udara ikut masuk. Udara yang masuk bisa mengganggu operasi PLTA.
Sebaliknya penentuan DMA minimum yang terlalu tinggi bisa mengurangi volume kolam untuk periode pengisian yang bisa
menyebabkan akan banyak air yang melimpas/dibuang pada periode B, yaitu
periode DMA maksimum. B menggambarkan periode
DMA maksimum. Apabila permukaan air
telah mencapai DMA maksimum tetapi masih ada air masuk ke dalam kolam
(waduk) maka air secara otomatis akan melimpas dan terbuang. Pelimpasan ini perlu untuk mengamankan bangunan sipil kolam/waduk, jangan sampai terjadi over topping
yang bisa menyebabkan jebolnya kolam/waduk. Over topping terjadi
apabila kolam/waduk isinya sudah penuh tetapi
air masuk masih terus berlangsung
sehingga air tidak hanya melimpas di tempat pelimpasan yang terbuat dari
beton, tetapi juga melimpas di bagian bendungan yang terbuat dari batu dan
pasir (rock fill), sehingga batu dan pasir di bagian bendungan ini jebol. C menggambarkan periode
pengosongan kolam/waduk yang dimulai
pada akhir bulan Juli yaitu perkiraan nilainya musim kemarau.
DMA dalam periode A dan periode C harus diatur agar berada diantara batas
atas dan batas bawah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur pengeluaran air dari kolam/waduk. Kolam/waduk
dilengkapi dengan lubang pengeluaran
air ekstra di samping tempat pelimpasan yang terbuat dari beton. Hal ini
diperlukan untuk pengamanan kolam/waduk.
Ada kolam/waduk yang mempunyai fungsi serba guna
seperti waduk PLTA Jatiluhur, yaitu untuk: Pengairan sawah,
menghasilkan padi. Pembangkitan tenaga listrik. Pengendalian banjir. Lalu
lintas kapal, Pariwisata.
Akhir-akhir ini waduk PLTA digunakan juga untuk
pemeliharaan ikan dalam keramba.
Dalam hal yang demikian maka pengendalian DMA harus memperhatikan
fungsi-fungsi tersebut di atas.
Untuk beberapa PLTA yang ada dalam hubungan kaskade
(mempunyai satu sungai penggerak dan
masing-masing mempunyai kolam/waduk), maka pengendalian DMA dalam
kolam-kolarn PLTA kaskade ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga dicapai
penggunaan yang optimum.
1. Mengapa hutan di daerah aliran sungai pengerak PLTA perlu dilestarikan?
BalasHapus