UMUM
Pada asasnya dan dalam arti yang luas, energi yang berasal dari sang surya
bukan saja terdiri atas penyinaran langsung oleh pancaran matahari ke bumi,
akan tetapi sebenarnya termasuk seluruh efek tidak langsung, seperti tenaga
angin, tenaga air dan energi dari laut.
Dalam pelaksanaan pemanfaatannya, dapat dibedakan tiga cara. Cara pertarna
adalah prinsip pemanasan langsung. Dalam hal ini sinar‑sinar matahari memanasi
langsung benda yang akan dipanaskan, atau memanasi secara langsung medium,
misalnya air, yang akan dipanaskan. Air panas itu, nanti akan dipakai misalnya
untak mandi. Cara kedua adalah, bahwa yang dipanaskan adalah juga air, akan
tetapi panas yang terkandung dalam air itu, akan dikonversikan menjadi energi
listrik, misalnya. Sedangkan cara ketiga adalah cara fotovoltaik. Dengan cara
ini maka energi sinar matahari langsung dikonversikan menjadi energi listrik.
Pemanasan Langsung
Pemanfaatan energi surya oleh manusia secara langsung dalam bentuk
pemanasan, telah lama dikenal. Menjernur pakaian adalah contoh yang terlihat
sehari‑hari di rumah‑rumah tangga biasa. Pembuatan ikan kering dan membuat
garam dari laut merupakan contoh‑contoh lain dalam bidang perindustrian. Dengan
cara pemanasan langsung ini suhu yang akan diperoleh tidak akan melampaui 1000
C.
Efektivitas pemanfaatan energi surya dengan cara pernanfaatan langsung
dapat ditingkatkan bila mempergunakan pengumpul‑pengumpul panas, yang biasa
disebut kolektor. Sinar‑sinar matahari dikonsentrasikan dengan kolektor ini
pada satu tempat, sehingga diperoleh suatu suhu
yang lebih tinggi. Dalam Gambar 1 terlihat beberapa kolektor dari
berbagai bentuk.
Gambar 1(a) merupakan kolektor pipih, atau kolektor datar,
Gambar 1(b) adalah kolektor parabolik silindris sedangkan Gambar 1(c) merupakan
kolektor parabolik bulat. Bentuk kolektor parabolik bulat melandaskan prinsip
kompor surya, sebagaimana terlihat pada Gambar 1(d).
Kompor surya tampaknya cukup
menarik, akan tetapi persoalannya adalah bahwa sang Ibu Rumahtangga harus
memasak di panas terik matahari.
Sistem‑sistem pernanasan secara langsung ini mempunyai efisiensi dari
sekitar 30‑40% . Pada saat ini penggunaannya adalah terbanyak untuk pernanasan
air kolarn dan air untuk mandi.
Konversi Surya Termis Elektris
Suatu teknologi yang tampaknya cukup mempunyai potensi adalah apa yang
disebut Konversi Surya Termis Elektris (KSTE), atau yang dalam bahasa asing
disebut Solar Thermal Electric Conversion (STEC). Pada prinsipnya KSTE
memerlukan sebuah konsentrator optik untuk pemanfaatan radiasi surya, sebuah
alat untuk menyerap energi yang dikumpulkan, suatu sistem pengangkat panas, dan
sebuah mesin yang agak konvensional untuk pemban,gkitan tenaga listrik.
Sistem KSTE besar yang pertama dibuat adalah dalam tahun 1920, dengan
kapasitas 45 kW, di Meadi, Mesir. Tungku surya yang dibangun di Odeillo,
Perancis, mempunyai sebuah instalasi dari 1000 kW, Di Amerika Serikat sedang dikembangkan suatu
program KSTE untuk membuat sebuah unit 5 MW, di New Meksiko sebuah unit 10 MW
listrik di Barstow, California, bahkan diharapkan dalam pertengahan tahun 1992‑an
dapat dibuat sebuah unit 100 MW listrik.
Dua buah perusahaan swasta, yaitu Ansaldo di Italia dan MBB
di Republik,
Federal Jerman bekerja sama untuk membuat instaIasi KSTE berlandaskan desain
dari Profesor Francia, dengan unit -unit hingga 1 MW listrik, untuk
dijual secara komersiaL Diperkirakan,
bahwa sebuah unit KSTE dari 100 MW listrik akan mempunyai 12.500 buah
heliostat, dengan. permukaan refleksi, masing-masing seluas 40 m2 ,
sebuah menara penerima setinggi 250 m, yang memikul sebuah penyerap untuk
membuat uap bagi sebuah turbin selama enam hingga delapan jam sehari.
Desain‑desain PLTS ( Pusat Listrik Tenaga Surya)
maka kini dilengkapi dengan sebuah boiler biasa agar sentral listrik bekerja
siang dan malam.
Harganya diperkirakan antara US$ 2000,‑
hingga US$ 5000, per kW listrik. Perlu dicatat bahwa semua ini masih, merupakan
rencana di atas kertas dan belum ada pelaksanaannya secara nyata.
Gambar, 2
memperlihatkan secara skematis pemakaian heliostat dan menara untuk konversi
surya termis elektris.
Gambar 2. Pembangkitan Tenaga Listrik dengan
Mempergunakan Menara dan Deretan
Heliostat
Konversi Energi Fotovoltaik
Energi radiasi surya dapat diubah menjadi arus listrik searah dengan
mempergunakan lapisan‑lapisan tipis dari silikon (Si) mumi atau bahan
semikonduktor lainnya. Pada saat ini silikon merupakan bahan yang terbanyak
dipakai. Silikon merupakan pula suatu unsur yang banyak terdapat di alam. Untuk
keperluan pemakaian sebagai semikonduktor, silikon harus dimurnikan hingga
suatu tingkat pemumian yang tinggi sekali, kurang dari satu atom pengotoran per
1010 atom silikon. Gambar 3(a) memperlihatkan pengaturan atom dalam
kristal silikon, Bentuk kristalisasi demikian akan terjadi bilamana silikon
cair terjadi padat, hal mana disebabkan karena tiap atom silikon mempunyai
elektron valensi. Dengan demikian terjadi suatu bentuk kristal di mana tiap
atom silikon mempunyai sejumlah 4 tetangga terdekat. Tiap dua atom silikon yang
bertetangga saling memiliki salah satu elektron valensinya. Bentuk kisi kristal
menurut Gambar 3(a) sering juga dinamakan kisi intan.
Struktur tiga dimensi menurut Gambar 3 (a) diperlihatkan dalam Gambar 3(b)
secara skematis dengan bentuk dua dimensi. Dalam gambar ini terlihat pula bahwa
tiap atom mempunyai empat tetangga terdekat. Kedua garis antara tiap atom
merupakan dua elektron valensi, satu buah dari masing‑masing atom. Tiap
pasangan elektron valensi adalah suatu ikatan kovalensi, yang pada asasnya
merupakan hubungan yang mengikat atom‑atom kristal.
Pada suhu nol absolut (O0 K) semua ikatan kovalensi berada dalam
keadaan utuh dan lengkap. Bilamana suhu naik, atom‑atom akan mengalarni keadaan
getaran termal. Getaran‑getaran ini yang meningkat dengan suhu, pada suatu saat
dapat mengganggu beberapa ikatan kovalensi.
Terganggunya ikatan valensi dalam kristal semikonduktor pada suhu
lingkungan biasa mempunyai beberapa akibat besar terhadap sifat‑sifat listrik
kristal itu dan penting dalam penjelasan efek fotovoltaik.
Dari Gambar 3(b) terlihat bahwa
terputusnya ikatan valensi melepaskan sebuah elektron, yang dapat bergerak
bebas dalam kristal dan dapat berperan serta dalam proses bantaran. Cara hantaran
listrik dapat terjadi bila sebuah
"lubang" yang terjadi karena pelepasan elektron, diisi oleh elektron
lain dari tetangganya, dan seterusnya.
Jika kristal itu diletakkan dalam suatu medan listrik, maka elektron‑elektron
bebas itu condong mengalir ke arah melawan medan sedangkan "lubang‑lubang"
yang terjadi akan merniliki arah yang berlawanan. Lubang‑lubang itu berperan
sebagai partikel dengan muatan positif. Dengan demikian seolah‑olah dalam
sebuah semikonduktor terjadi dua arus dengan arah saling berlawanan: suatu arus
elektron dan suatu arus lubang.
Jumlah elektron yang mengalir dalam semikonduktor jauh lebih kecil daripada
yang merupakan konduktor. Sebagai perbandingan, dalam bahan silikon mumi, pada
suhu ruangan biasa, terdapat kirakira satu pasangan elektron dan lubang per 1010
atom. Untuk kebanyakan kristal logam angka itu adalah satu per satu.
Dapat juga terjadi bahwa ikatan valensi terganggu disebabkan pengaruh
radiasi elektromagnetik yang datang dari luar. Jika foton dari radiasi yang
masuk itu memiliki banyak energi, maka di tempat resapan akan dapat terjelma
suatu pasagan elektron dan lubang. Jumlah energi yang diperlukan untuk
terjadinya hal itu adalah 1,1 eV bagi
silikon pada suhu ruangan biasa. Dengan demikian maka setiap foton yang
memiliki jumlah energi yang lebih besar dari 1,1 eV, atau panjang gelombang
kurang dari 1.100 nm, yang terletak di wilayah inframerah spektrum, dapat
mengakibatkan tedadinya pasangan elektron dan lubang di silikon. Khususnya
besar dari spektrum radiasi surya mempunyai kemampuan tersebut bila diresap
silikon. Dengan demikian maka akan terdapat suatu muatan listrik yang melampaui
keseimbangan hal mana dapat mengakibatkan tedadinya suatu gaya gerak listrik.
Gambar 4 memperlihatkan sebuab
kristal silikon yang dimasukkan satu atom arsenikum (As), yang diperoleh
misalnya dari suatu peleburan yang diberi sedikit arsenikum sebagai
"pengotoran". Atom arsenikum memiliki lima elektron valensi. Bilamana
sebuah atom arsenikum menempati suatu posisi "struktural" dalam
kristal silikon, ia mempunyai kelebihan satu buah elektron. Pada
suhu lingkungan biasa daya ikat elektron kelima terhadap induk atom
arsenikurn adalah relatif kecil. Dengan demikian tedadi suatu situasi di mana
terdapat sebuah elektron bebas dalam kristal silikon. Atom arsenikurn yang
terikat dalam kristal mendapat rnuatan positif sedangkan elektron bebas itu
dapat bergerak dalam seluruh kristal dan mengikuti proses konduksi bila
terdapat suatu medan listrik. Arsenikurn dengan semikian merupakan suatu
pengotoran yang merupakan pemberi, atau donor elektron. Hal demikian juga akan
terjadi dengan atom‑atom lain yang mempunyai ikatan valensi lima. Dan penambahan
suatu kristal dengan pengotoran donor, akan mengubah sifat‑sifat listrik bahan
tersebut dengan dua cara. Pertama, jika pengotoran donor itu diperbesar
melampaui 1 bagian per 1012, yang dianggap suatu taraf pengotoran
yang rendah, maka daya hantar akan meningkat.
Kedua, bila, baik elektron maupun lubang akan memiliki peran serta, kurang
lebih sama dalam sifat daya hantar materi silikon, hantarannya akan praktis
seluruhnya dilakukan oleh gerakan dari elektron dalam kristal yang mengandung
donor. Muatan yang positif terikat tempat dalam struktur kristal. Karena
elektron memiliki muatan negatif, kristal demikian dinamakan tipe‑N, yaitu n
dari negatif.
Dengan sendirinya akan terjadi suatu
efek serupa bila pengotoran dilakukan dengan bahan yang memiliki valensi tiga
seperti boron dan galium. Dalam keadaan demikian tiap pengotoran menerima satu
elektron dari ikatan valensi yang mengakibatkan terdapatnya satu lubang yang
berperan serta dalarn proses konduksi, dan satu ion pengotoran dengan muatan
negatif yang tidak bergerak. Karena lubang mempunyai rnuatan positif kristal
yang mempunyai akseptor dinamakan tipe‑P, yaitu p dari positif. Karena
pengotoran relatif menyangkut jumlah‑jumlah yang kecil sekali, adalah mungkin
untuk sebuah kristal tunggal silikon merupakan tipe‑P pada, satu ujung dan tipe‑N
pada, ujung yang lain. Kristal demikian dinamakan sarnbungan P‑N dan terlihat
pada Gambar 5(a).
Misalkan sarnbungan P‑N itu terkena radiasi matahari. Telah diketahui bahwa
tiap foton radiasi yang memiliki energi yang melebihi 1,1 eV dapat menghasilkan
satu pasangan elektron‑lubang dalam hablur silikon. Dalam situasi menurut
Gambar 5(a) akan jelas bahwa pasangan‑pasangan elektron‑lubang agak terpisah‑pisah
letaknya, sedemikian hingga daerah P akan memiliki rnuatan positif terhadap
daerah‑N, dan terdapat suatu perbedaan potensial. antara kedua apitan. jika
antara kedua apitan dipasang sebuah beban, sebagaimana terlihat pada Gambar
5(b), akan mengalir arus I. Dengan demikian terdapat secara langsung suatu
konversi elektronika antara radiasi surya yang masuk dan energi listrik yang
dihasilkan antara kedua apitan A dan B.
Adalah menarik untuk mencoba mengikuti apa yang terjadi dalam sambungan P‑N
itu. Di daerah N terclapat banyak elektron. Sebaliknya, di daerah P hanya
sedikit. Elektron‑elektron di daerah N memiliki kecenderungan untuk bergerak,
dan karena sifat sembarang arah disebabkan getaran termal, terdapat
kecenderungan untuk mernasuki daerah P dari kristal tunggal. Hal ini ticlak
dapat terjadi karena terdapat suatu kendala pada perbatasan N‑P berupa
perbedaan kontak antara potensial tipa N dan tipe P. Dengan demikian elektron‑elektron
mendapatkan suatu halangan potensial pada sambungan, dan hanya elektron‑elektron
yang memiliki jurnlah energi yang besar yang dapat melampaui halangan
potensial. itu. Dalam keadaan seimbang tidak terdapat suatu arus ke salah satu
arah.
Halangan ini, yang merupakan semacam ambang, dapat di pengaruhi atau
diatasi dengan dipergunakan suatu sumber tegangan dari luar sebagaimana
terlihat pada Gambar 6. Tegangan ini
akan menurunkan tinggi ambang‑ Hal ini akan memungkinkan lebih banyak
elektron untuk lewat sehingga dapat mengalir suatu arus. listrik yang lebih
besar. Dapat dikemukakan, bahwa arus tersebut berbanding lurus secara
eksponensial dengan besar tegangan.
Sebaliknya, bilamana tegangan U dibalik arahnya, maka ambang menjadi lebih
tinggi, sehingga akan merupakan suatu halangan yang lebih besar terhadap
mengalimya arus. Sifat ini dimanfaatkan untuk memakai semikonduktor sebagai
dioda untuk pengaruh arus. Prinsip ini juga dipakai sebagai thyristor.
Kiranya jelas, bahwa cara lain untuk arus elektron mengatasi halangan pada
sambungan P‑N adalah dengan meningkatnya intensitas penyinaran sehingga
elektron‑elektron memiliki energi vibrasi yang lebih besar. Dengan demikian
maka penyinaran sambungan P‑N ini dengan radiasi matahari langsung
mengakibatkan tedadinya konversi menjadi energi listrik. Prinsip ini
dimanfaatkan dalam sel, fotovoltaik.
Gambar 7 memperlihatkan proses pembuatan wafer silikon.
Gambar (a) adalah cairan silikon panas yang diputar dan menghasilkan
kristal silikon silindris (b), yang kernudian digergaji (c) dan menghasilkan
cakram‑cakram, atau wafer‑wafer Gambar (d). Gambar (e) adalah wafer yang telah
diberi kawat‑kawat untuk menghubungkan daerah‑daerah N dan P.
Pada saat ini sedang dikembangkan
suatu teknologi baru dalam membuat sel‑sel silikon, yaitu pembuatan dalam
bentuk pita, sebagaimana terlihat pada Gambar 8.
Gambar (a) adaloh cairan panas silikon. Dalam cairan itu terpasang semacam.
matres (m), yang mempunyai celah yang tipis sekali, yaitu Ik 0,3 mm.
Berdasarkan prinsip kapiler (pembuluh rambut), cairan dalam celah matres (m)
akan naik, dan mengeras karena suhu yang lebih rendah, sehingga merupakan
pita. Pita ini ditarik oleh penarik (p)
sehingga diperoleh pita silikon yang panjang.
Pita ini dipotong‑potong untuk kemudian diberi sambungan sambungan listrik
dan menghasilkan sel‑sel surya (d).
Metode pita ini mempunyai keuntungan lebih hemat dalam pemakaian bahan
baku silikon, dan merupakan cara kerja yang lebih murah. Namun teknologinya
pada waktu ini masih belurn mencapai kematangan penuh, dan sedang dikembangkan
oleh Mobil Tyco Solar Energy Corporation, di Waltham, Mass., USA.'
Wafer‑wafer atau sel‑sel silikon itu kemudian dipasang dalam sebuah panel,
yang terdiri atas sebuah bingkai aluminiurn atau baja tahan karat. Sel‑sel itu
diberi masing‑masing sambungan listrik, dan keseluruhannya dilindungi oleh
lapisan kaca atau plastik. Gambar 9 memperlihatkan bentuk sebuah panel
berulcuran 105 x 23 cm, buatan Arco Solar. Panel ini juga sering disebut modul.
Bilamana sel‑sel silikon ini terkena
sinar matahari, maka foton foton yang "mendarat" sekitar sambungan P‑N
akan menghasilkan pasangan‑pasangan elektron‑lubang. Elektron‑elektron akan cen
derung untuk berjalan ke arah silikon tipe N, sedangkan lubang akan
cenderung untuk berjalan ke arah daerah yang bermuatan positif Bilamana wilayan
N (negatif) dan wilayah P (positin, diberi
sambungan listrik, maka dapat mengalir arus listrik dalarn sambungan itu.
Dengan sendirinya besamya arus listrik, atau tenaga listrik yang diperoleb,
tergantung antara lain dari jumlah energi
cahaya yang mencapai sel‑sel silikon ini, dan tergantung juga dari luas
permukaan sel‑sel itu.
Disebabkan harganya yang masih tinggi, pemakaian sel‑sel surya fotovoltaik
pada waktu ini masih terbatas pada penggunaanpenggunaan khusus di tempat‑tempat
terpencil yang sukar dicapai, sehingga akan membawa kesulitan‑kesulitan
logistik untuk penyediaan bahan bakar, penyediaan suku cadang, maupun kesulitan
adanya tenaga untuk operasi dan pemeliharaan bilamana mempergunakan cara
konvensional. Disinilah kekaatan sel surya: tidak memerlukan bahan bakar maupun
pemeliharaan!
Namun demikian, sekalipun harga sel suryanya itu sendiri sudah turun
banyak, kemungkinan kendala utamanya masih akan berkisar pada penyimpan energi,
yaitu aki, baik menyangkut harga, maupun bertalian dengan pemeliharaan.
Beberapa contoh bidang di mana sel surya dapat digunakan di antaranya:
stasiun‑stasiun meteorologi; rambu‑rambu laut; stasiunstasiun relai untuk
telekomunikasi; televisi untuk pendidikan bagi desa‑desa terpencil; mercusuar;
pompa‑pompa irigasi dan stasiun kereta api. Untuk bidang‑bidang khusus ini sel
surya jelas lebih baik dan lebih murah daripada misaInya pusat listrik tenaga
diesel khusus. Dapat dikemukakan, bahwa PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api)
telah mempergunakan sel‑sel surya fotovoltaik ini di beberapa stasiun kereta
api untuk sistem telekomunikasi stasiunstasiun yang terletak terpencil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar